Sunday 29 June 2014

Oleh-oleh dari Bali - Jati diri dan martabat bangsa - Pembangunan Karakter Bangsa



Oleh-oleh dari Bali - Jati diri dan martabat bangsa
Oleh Junaedy Ganie
Rasanya hampir selalu ada hal-hal baru yang menarik perhatian saya setiap melakukan kunjungan ke Bali, baik hal-hal atau kejadian yang ringan dan lucu maupun hal-hal yang membangkitkan inspirasi atau semangat yang besar. Saya dan isteri dan anak bungsu kami melalui perjalanan diri yang menarik dalam liburan singkat keluarga menjelang bulan Ramadan 1435 H tahun ini.
Di Jakarta, kami tinggal di perumahan yang memberikan kami kebanggaan akan riuhnya kicauan burung-burung liar di pohon-pohon di sekitar kami terutama ketika fajar menyingsing. Sewaktu kami kembali menginap di sebuah hotel di kawasan Nusa Dua kami menemukan sesuatu yang baru. Mungkin hal ini luput dari perhatian sebagian tamu hotel tapi keberadaan beberapa ekor tupai (anak kami menyebutnya chipmunks, mengikuti karakter komik anak-anak), yang mendekat, berlompatan dan menjuntai dari pohon-pohon sekitar restoran menemani kami sarapan memberikan perasaan berbahagia kepada kami. Sebagian dari tupai-tupai tersebut menjadi begitu jinak sehingga bolak balik memakan biji kacang langsung dari tangan kami. Ada beberapa keluarga lain yang melakukan kegiatan yang sama. Kami semakin terperangah dan menikmati kebersamaan dengan para chipmunks lain yang menunjukan sikap dan keramahan yang sama sewaktu kami menikmati keindahan laut dan pantai pada pagi itu di bangku-bangku tempat berbaring di pantai. Terdapat perkembangan dalam perhatian terhadap lingkungan hidup yang memberikan rasa nyaman dan memperkuat identitas hotel tersebut. Keramahan terhadap lingkungan yang meningkat juga dapat kita temukan di beberapa komplek perumahan dan lapangan golf di Jakarta dan sekitarnya yang telah menjadi habitat yang nyaman bagi sejumlah satwa terutama burung atau jenis dan unggas lainnya, walaupun mungkin masih harus disertai upaya penjagaan yang ketat.
Ketika menikmati sarapan pagi setelah kami pindah menginap di sebuah hotel lain di daerah Jimbaran, kami secara tidak sengaja memperhatikan 3 anak-anak perempuan bule yang mungkin berusia 3 tahun sampai 6 tahun sedang memberi makan ikan-ikan koi yang jinak di kolam. Anak-anak itu tampaknya kakak beradik. Beberapa waktu kemudian, kami memperhatikan ketiganya seperti kebingungan mengatasi sesuatu yang terjadi di kolam. Kami melihat mereka memanggil seorang wanita yang kami yakin adalah ibu mereka untuk membantu tetapi tidak berhasil sehingga dia memanggil suaminya untuk datang agar ikut membantu. Si ayah yang datang tidak berhasil mengatasi masalah yang sedang terjadi di pinggir kolam tersebut sehingga memanggil petugas pembersih kolam yang sedang bekerja untuk meminjam tongkat gagang pembersih lantai yang sedang dipergunakannya. Apa yang kami lihat kemudian? Ternyata si ayah berhasil mengeluarkan sebuah kotak kertas kecil berbentuk segi tiga berwarna putih yang tidak lain adalah kotak makanan ikan yang tadinya dipergunakan salah satu dari ketiga anak-anak tersebut. Kejadian itu mengesankan kami dan melahirkan pertanyaan seberapa banyak keluarga muda Indonesia dari kelas menengah atas akan bersikap sama?
Kejadian tersebut menimbulkan rasa hormat kami yang tinggi kepada keluarga tersebut atas buah dari pendidikan yang diberikan dan dipraktikan dalam keluarga kecil tersebut. Kami menyimpulkan bahwa kesadaran dan sikap bertanggung jawab terhadap lingkungan yang secara tidak sengaja terlihat di depan kami merupakan sebuah refleksi dari proses pendidikan yang membentuk jati diri pada masing-masing individu dalam keluarga tersebut tentang bagaimana mereka bersikap dan cara mereka menempatkan diri.  Rasa hormat kami terhadap sikap mereka menempatkan mereka sebagai pribadi-pribadi yang bermartabat  dan secara langsung juga mengangkat harkat mereka sebagai anggota bangsa yang bermartabat tinggi. Mudah-mudahan upaya berbagi pengalaman dan pandangan ini dapat pula menimbulkan hasrat untuk bersama-sama membangun lingkungan dan saling mengingatkan melalui pembentukan jati diri dan meningkatkan martabat bangsa Indonesia. Apalagi, ada kalanya kita masih menemukan pemandangan sampah yang dilemparkan ke jalan raya dari mobil-mobil yang melintas di depan kita, termasuk di Jalan Sudirman dan M.H. Thamrin!
Pencarian dan pembentukan jati diri sejak dini dan sejak dari lingkungan terkecil, yaitu keluarga masing-masing, sehingga kita menemukan identitas bangsa yang kuat  yang akan menjadi modal penting dalam meningkatkan martabat bangsa Indonesia. Identitas tersebut akan berperan penting dalam menggapai kemajuan Indonesia yang beretika dan terhormat. Indonesia yang memiliki budaya, sejarah masa lalu yang membanggakan, memiliki bukti-bukti sejarah yang agung yang sayangnya masih belum dapat memberikan nilai tambah setinggi tingkat keberhasilan negara-negara tetangga yang memiliki budaya, sejarah dan warisan keagungan yang lebih sedikit, walaupun terus membaik.
Pilihan saya atas tayangan film singkat Dewa Ruci dalam penerbangan Garuda pulang ke Jakarta yang  menceritakan tempaan yang  dilalui para pelaut Indonesia dalam mencari jati diri dan membangun identitas bangsa di atas kapal layar yang memiliki sejarah yang membanggakan, telah memberi inspirasi pada banyak orang dan telah mengelilingi dunia sebanyak 2 kali serta menjadi satu-satunya wakil Asia dalam OpSail di Amerika Serikat pada tahun 2012. Sebuah lagi bukti bahwa kita bisa !
Niat berbagi tentang pentingnya jati diri dan identitas bangsa dan nilai-nilai untuk menjunjung martabat bangsa ini juga didorong oleh celotehan Made, supir mobil sewaan yang kami pergunakan dalam satu perjalanan liburan tersebut, “Pak, kalau dulu, yang ada adalah karma pala, Kita bekerja baru kemudian memperoleh hasilnya, sekarang pala karma. Dulu air hujan jatuh ke jalan lalu mengalir ke got, sekarang hujan mengalir dari got ke jalan. Dulu pejuang masuk penjara dan baru menjadi pejabat selepas dari penjara. Sekarang, banyak yang memegang jabatan tinggi dulu, lalu masuk penjara !”.
Jakarta, 29 Juni 2014, Puasa hari pertama, 1 Ramadan 1435H

Sunday 1 June 2014

Interview - Jurus Junaedy dalam Transformasi Bisnis BNI Life, SWA 27 May - 4 June 2014 - Interview / Insurance / Management