Thursday 23 April 2015

Menggali potensi wisata domestik. Benarkah wisata Nusantara itu mahal? Oleh-oleh dari Labuan Bajo - Public Policy / Pariwisata


 

Oleh Dr. Junaedy Ganie

Pemerintah akan menambah 30 negara asal turis yang bebas visa kunjungan ke Indonesia sehingga menjadi 45 negara. Rencana yang sudah termasuk dalam salah satu dari 8 Paket Kebijakan Pemerintah yang diluncurkan bulan Maret 2015 mungkin harus melalui proses terkait  asas resiprokal yang kita anut padahal tidak semua negara diberikan kemudahan bebas visa masuk akan memberikan kemudahan yang sama kepada warga negara Indonesia. Bagaimanapun, sebagai perbandingan, Malaysia dan Thailand telah memberikan bebas  visa kunjungan masing-masing kepada 144 dan 56 negara dan mereka menerima kunjungan wisatawan asing masing-masing 27.43 juta dan 24.77 juta orang pada tahun 2014.  Indonesia hanya kedatangan 9.43 juta orang.

Sementara kebijakan bebas visa masuk tentu akan meningkatkan jumlah turis tetapi untuk memperoleh jumlah yang optimal diperlukan suatu kebijakan lanjutan yang berfokus pada kelancaran arus informasi tentang daya tarik Indonesia, baik dari dari budaya, alam, wisata belanja, pameran dan berbagai hal lainnya dan dukungan infrastruktur yang baik mulai dari SDM, transportasi, hotel dari berbagai tingkatan, kebersihan dan budaya melayani. Adanya fasilitas perawatan kesehatan yang baik tidak kalah pentingnya dari sarana pendukung pokok lainnya. Demikian juga dengan faktor keamanan dan kebersihan serta kesadaran terhadap kelestarian lingkungan. Di atas semuanya, kebijakan tersebut harus dimulai dengan pemahaman yang baik tentang dimana industri wisata Indonesia saat ini, kekurangan dan daya tarik yang tidak dimiliki negara lain sehingga dipahami dengan baik langkah-langkah yang akan diambil.

Untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan keterlibatan semua lapisan pemangku kepentingan dan masyarakat.  Mengapa sulit menemukan brosur pariwisata di hotel-hotel di Indonesia? Mengapa informasi di dunia maya tentang obyek kunjungan yang menarik di Indonesia belum banyak dan kurang menarik? Kalau industri pariwisata sendiri belum mampu, disinilah pemerintah harus berperan untuk mengisi dan mengatasinya.

“Kita membanggakan diri sebagai bangsa yang memiliki kreatifitas tinggi tapi sampai saat ini kita tidak memiliki slogan pariwisata atau tagline yang menggemakan dengan tepat daya tarik Indonesia di mata dunia untuk berkunjung. Bandingkan cakupan dan bobot makna yang terasa dalam tagline Truly Asia nya Malaysia dengan Wondeful Indonesia. Indonesia memang negara besar yang menawarkan banyak daya tarik. Jika belum ada yang bersifat nasional secara tepat, mungkin yang lebih dibutuhkan adalah tagline untuk masing-masing sektor pariwisata seperti budaya, alam, belanja. Perlu dipelajari apakah lebih baik promosi pariwisata dibagi dalam kluster-kluster sesuai sektor atau berdasarkan potensi wilayah. Bukan dengan pendekatan “Ini Indonesia yang besar dan memiliki semuanya. Datanglah” sehingga pesan menjadi sulit disampaikan dan calon pengunjung sulit untuk  mencerna dan menentukan pilihan dan biaya menjadi mahal. 

Peran masyarakat Bali atas pentingnya melayani, memberi informasi dan menjaga turis  asing dan domestik sangat besar dalam menciptakan dan melestarikan daya tarik pariwisata Bali. Pemerintah perlu membangkitkan kesadaran masyarakat di berbagai daerah dengan kekayaan potensi pariwisata yang berharga untuk berperan sama. Jika belum pernah dilakukan, upaya melibatkan masyarakat luas harus dimulai secara tepat dari sekarang bersamaan dengan momentum bebas visa kunjungan ini. Kita berupaya keras mendukung kejayaan Indonesia di berbagai kompetisi kemampuan intelektual di tingkat dunia dan telah menorehkan prestasi, misalnya, pada Olympiade Mathematika. Bagaimana jika kita juga memiliki, mulai dari tingkat SD, SMP, SMA dan Universitas serta masyarakat umum, pemenang kompetisi “Sekiranya saya Menteri Pariwisata” sebagai salah satu contoh atau “Peranku sebagai (Bupati/Walikota/Camat) dalam pariwisata daerahku”. Hasil kompetisi tersebut akan memberikan beragam masukan berharga bagi pemerintah dan pelaku usaha pariwisata dan sektor pendukung disamping buah dalam peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya peranan masyarakat dalam pengembangan dunia pariwisata dan multiplier effect yang yang dihasilkannya.  Termasuk kesadaran akan pilihan karir dalam bidang pariwisata. Memang tidak banyak yang dapat dilakukan  dengan biaya promosi pariwisata yang sebesar Rp 300 milyar pada 2014. Kenaikan menjadi Rp 1.2 triliun pada tahun 2015 harus menunjukan perbedaan yang nyata.

Salah satu kekurangan sektor pariwisata adalah kadangkala terdapat perbedaan perlakuan antara wisatawan domestik dan asing, sementara wisatawan Indonesia diperlakukan tanpa perbedaan dalam kunjungan wisata ke luar negeri. Wisatawan asing akan mendatangkan devisa dan memperbaiki defisit neraca perdagangan Indonesia tetapi jumlah wisatawan domestik yang besar akan memberikan dampak positif yang besar pula, bahkan mungkin lebih besar, bagi penyebaran dan pemerataan pendapatan nasional. Jangan pula disampingkan peranan wisata domestik dalam merajut keutuhan persatuan Nusantara.

Persepsi bahwa wisata lokal itu mahal perlu diatasi, bukan dengan penghalusan kata meskipun tetap mahal tetapi dengan melahirkan sinergi dan pemahaman bahwa wisata lokal menjadi mahal karena pendatang masih kecil dan biaya yang mahal membuat jumlah wisatawan tidak meningkat. Pemerintah perlu mengatur strategi, menemukan terobosan untuk mengatasinya dan bahkan harus siap membiayainya terutama pada musim atau event tertentu sehingga biaya menjadi murah karena jumlah wisatawan yang besar termasuk jika perlu penyediaan sarana transportasi umum pada musim-musim tersebut karena biaya transportasi, selain sepeda motor, merupakan komponen biaya yang tinggi pada kunjungan ke daerah yang jumlah wisatawan masih terbatas. Demikian juga dengan adanya sinergi dalam pengaturan jadwal penerbangan, misalnya bagaimana membuat jadwal penerbangan lanjutan yang baik sehingga wisatawan tidak harus menginap di tempat transit agar bisa mengambil jadwal penerbangan pagi keesokan harinya.  Untuk itu diperlukan peta wisata (road map) yang saling mendukung sesuai dengan sektor, minat dan kluster-kluster yang dibentuk sesuai dengan potensi daerah masing-masing. Tuntutan dan kebutuhan wisatawan asing dan domestik sudah sama. Terpenuhi salah satu akan bermanfaat bagi semua.

Besaran biaya adakalanya bisa disiasati. Di meja resepsionis sebuah hotel besar tempat kami menginap minggu lalu di Labuan Bajo terdapat pamplet “Penginapan khusus bule, Rp 100,000, per malam. Bersih, air panas” dan entah apalagi yang tertulis disana menujukan wisatawan asing pun datang dari berbagai kelas dan latar belakang dan semuanya memberikan kontribusi positif bagi Indonesia.

Dalam kunjungan kami ke Flores belum lama ini kami berkenalan dengan mereka yang datang dari Perancis, Belanda, Itali, Swiss, Denmark, bahkan perempuan Polandia yang datang karena daya tarik danau Kelimutu, Labuan Bajo, Komodo dan sekitarnya. Pengunjung terbanyak ke Kelimutu menurut guide kami adalah bangsa Perancis. Potensi wisatawan asing memang tidak terbatas. Potensi wisatawan domestik mungkin tidak kalah.

Nusantara memiliki daya tarik bagi Anda yang selama ini berwisata ke berbagai negara di Asean, Hongkong, Cina, Jepang dan Australia untuk menikmati perbedaan budaya dan memperoleh pengalaman baru. Juga bagi mereka yang melakukan perjalanan ke Timur Tengah, Mesir dan Istanbul. Masih ada tempat bagi  Anda yang selama ini berwisata ke London, Paris, Roma, New York dan kota-kota besar dunia lainnya untuk mengisi keseimbangan jiwa. Bahkan, jika Anda selama ini telah melangkah mengejar  eksotisme dan romatisme pulau pulau atau kota-kota kecil seperti Annecy di Perancis, Portofino di Italia, Santorini di Yunani, mengapa tidak mencoba menjelajahi dan menikmati ombak, pantai, untaian pulau-pulau indah dan alam bawah laut Nusantara, misalnya di Labuan Bajo dan sekitarnya selain dari kunjungan ke Pulau Komodo. Mungkin pernah mendengar pink beach atau mendaki ke puncak pulau Gili Lawa disana? It’s magnificent.  Selamat berwisata domestik.

Jakarta, 26 Maret 2015

Thursday 9 April 2015

Cara mudah mengetahui letak halaman pertama tiap juz Al Qur an - Pembangunan Karakter Bangsa / Agama


CARA MUDAH MENGETAHUI LETAK HALAMAN PERTAMA TIAP JUZ
AL QUR AN

Tidak ada habisnya informasi tentang Al Qur an yang terus mencengangkan.  Pada kesempatan ini saya ingin berbagi tentang cara mudah untuk mengetahui halaman awal dari setiap Juz yang terdapat dalam kitab suci Al Qur an, khususnya untuk Al Qur an ukuran standar.

Informasi ini saya peroleh dari kiriman dari seorang jamaah pada group Whatsaps pada kelompok pengajian dari Masjid Baitul Mukhlishiin di komplek kediaman kami pada 23 Maret 2015. Hasilnya memang menakjubkan. Jamaah tersebut mengetahui dari seorang uztadz tetapi tidak diketahui siapa sumber pertamanya.

Terlepas dari ketidakjelasan sumber, silahkan dicoba dan semoga akan semakin menebalkan keimanan kita dan menggugah pembaca lainnya kepada kebaikan. Jika diajarkan kepada anak-anak, semoga mereka semakin mencintai Al Qur an. Saya telah mempraktiknya dan hasilnya memang mencengangkan. Namun tentu saja, metode ini tidak berlaku untuk Juz yang pertama.

Rumus nya adalah sebagai berikut:

a.   Juz yang dicari – 1.

b.   Jumlahnya x 2.

c.   Letakan angka 2 di belakang hasil perkalian di atas.

Mari kita lihat dan praktikan bersama.

Contoh 1.

Jika Anda ingin mengetahui Juz 5 terdapat di halaman berapa, maka caranya:

a.   5 – 1= 4.

b.   Angka 4 x 2=8.

c.    Letakan angka 2 setelah jawaban b.

d.   Jadi Juz 5 terdapat pada halaman 82.

Silahkan buka Al Qur an untuk membuktikannya dan akan menemukan Juz 5 dimulai pada halaman 82. Menarik bukan?

Contoh 2.

Jika Anda ingin mengetahui Juz 10 terdapat di halaman berapa, maka caranya:

a.   10 – 1= 9.

b.   Kalikan 9 dengan 2 sehingga diperoleh angka 18.

c.    Letakan angka 2 setelah angka 18 tadi.

d.   Terbukti Juz 10 terdapat pada halaman 182.

Contoh 3

Jika Anda ingin mengetahui Juz 17 terdapat di halaman berapa, maka caranya:

a.   17 – 1= 16.

b.   Angka 16 x 2= 32.

c.    Letakan angka 2 di belakang angka 32.

d.   Jadi Juz 17 terdapat pada halaman 322.

Contoh 4.

Jika Anda ingin mengetahui Juz 25 terdapat di halaman berapa, maka caranya:

a.   25 – 1= 24.

b.   Angka 24 x 2= 48.

c.    Letakan angka 2 setelah angka 48.

d.   Jadi Juz 25 terdapat pada halaman 482.

Contoh 5

Pada halaman  berapa Juz 30 dimulai:

a.   30 – 1= 29.

b.   Angka 29 x 2= 58.

c.    Letakan angka 2 setelah angka 58.

d.   Jadi Juz 30 terdapat pada halaman 582.

 

Mengagumkan bukan?. Selamat mencoba.

Jakarta, 9 April 2015.

Dibagi oleh Junaedy Ganie dari sumber awal yang belum diketahui.