Akuisisi
Makin Menjadi-jadi
JAKARTA,
Bisnis Indonesia, 23 Juni 2015 _ Meski
literasi keuangan masyarakat Indonesia tercatat minim, pertumbuhan industri
perasuransian diyakini bakal signifikan. Salah satunya melalui aksi akuisisi
sejumlah pemain besar.
Amanda
Kusuma Wardhani
Akuisisi dinilai masih menjadi pilihan
menarik bagi sejumlah perusahaan asuransi besar yang berniat masuk ke Indonesia.
Seperti diketahui, sejumlah asuransi lokal telah menjalin kesepakatan bisnis
dengan beberapa perusahaan multinasional, misalnya perusahaan asuransi asal
Malaysia, Tune Insurance Holding Bhd dengan PT Asuransi Staco Mandiri, dan PT
Asuransi Parolamas yang telah diakuisi Insurance Asustalia Group.
Beberapa perusahaan asuransi tersebut me
mang mengalami kesulitan modal sehingga akuisisi menjadi pilihan bagi para
pemegang sahamnya. Namun, aksi akuisisi tidak hanya dilakukan untuk mencari
tambahan modal saja, tetapi juga strategi investor terkait untuk berekspansi.
PT Astra Aviva Life (Astra Life), dan PT
Fairfax Insurance Indonesia (Fairfax Indonesia) tercatat telah melakukan aksi korporasi
pada tahun lalu.
Aviva International Holding Limited membeli
saham PT Astra International Tbk. dengan porsi hingga 50%, sedangkan Fairfax
Financial Holdings Limited (Fairfax Financial) mengakuisisi saham yang
sebelumnya dimiliki PT Batavia Mitratama Insurance hingga 80%.
“Memang lebih baik memilih jalan akuisisi
jika mereka [perusahaan asing] ingin menjajal pasar Indonesia.
Setidaknya,
me reka tidak perlu mulai dari nol,” kata pengamat asuransi yang juga menjabat
Komisaris Independen
Allianz
Indonesia, Junaedy Ganie kepada Bisnis belum lama ini.
Dia menilai para pemain besar itu memiliki
keunggulan lebih lantaran kapasitas permodalan yang kuat, pengalaman di sektor
asuransi, dan teknologi yang mumpuni.
Merger dan akuisisi tidak melulu dilakukan
investor asing, tetapi juga dalam negeri. Sejumlah bank belakangan berencana
menggelar usaha patungan dengan perusahaan asuransi, sedangkan lainnya mempertimbangkan
untuk mengakuisisi perusahaan asuransi yang sudah ada.
PT Bank Tabungan Negara Tbk. (BTN) dan PT
Asuransi Jasa Indonesia (Jasindo) dikabarkan bakal membentuk usaha pa tungan
asuransi jiwa. Kendati demikian, belum ada keterangan resmi terkait waktu
pembentukan asuransi jiwa itu. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BRI) sebelumnya
juga telah ancang-ancang untuk mengakuisi salah satu perusahaan asuransi jiwa,
meski belum ada realisasi hingga kini. Junaedy mengungkapkan, opsi akuisisi masih
menjadi pilihan utama bagi perusahaan asuransi untuk menambah modal dan
melakukan transfer ilmu.
Tentu saja selain akuisisi, perusahaan asuransi
juga dapat berekspansi dan menambah permodalan dengan mencatatkan perusahaannya
di pasar modal alias initial public offering (IPO).
LISTING
Hingga kini, baru 10 perusahaan asuransi yang
telah mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia dan kesemuanya merupakan
perusahaan asuransi umum. “Wajar saja jika appetite perusahaan asuransi
belum memandang listing sebagai salah satu peluang bisnis karena
investornya saja juga belum menilai sector asuransi sebagai pilihan yang
menarik,” kata Wiyono Sutioso, Wakil Presiden Direktur PT Asuransi Allianz
Utama Indonesia.
Menurutnya, sektor asuransi masih dipandang
sebagai sektor yang rapuh terhadap kondisi perekonomian nasional, terutama
asuransi umum. Adapun asuransi jiwa, katanya, kebanyakan telah memiliki
kapasitas permodalan yang kuat sehingga opsi listing tidak menjadi prioritas.
“Indonesia hanya butuh waktu dan contoh
saja. Ketika nanti sudah ada satu perusahaan asuransi jiwa saja yang listing
di bursa saham, saya yakin semua akan mengikuti,” katanya.
No comments:
Post a Comment