Dr. Junaedy Ganie, SE,MH,ANZIIF (Fellow), AAIK(HC),CIP,ChFC, CLU, FCBArb, MCIArb, a practitioner in various kinds of alternative dispute resolution since 2007. Current profession as a seasoned professional, business leader, consultant and entrepreneur combined with past experiences in providing effective risk solutions to diverse businesses and in M&A have given him the advantages in his profession as an arbitrator. Author of Hukum Asuransi Indonesia (Indonesian Insurance Law) text book.
Sunday, 24 August 2014
Article in BANI Newsletters: Efektifitas Klausul Arbitrase Dalam Meningkatkan Kualitas Perjanjian Asuransi - Arbitration / Insurance Clause

Monday, 18 August 2014
Interview : Membidik Bancassurance Terbesar - Interview / Insurance / Management
bincang bisnis- Ahmad Junaedy Ganie, Direktur Utama BNI Life: Membidik Bancassurance Terbesar di Indonesia
Republika, Monday, 11 August 2014, 13:30 WIB
''Kemajuan takkan pernah terjadi tanpa perubahan. Dan mereka yang
tak bisa merubah cara berpikir takkan pernah bisa mengubah apa pun.''
Entah disadari atau tidak, kalimat sastrawan besar George Bernard Shaw
sedang benar-benar dilakukan sang nakhoda BNI Life saat ini. Ia,
Direktur Utama BNI Life Ahmad Junaedy Ganie mengubah berbagai hal yang
ada di anak usaha salah satu bank terbesar di Indonesia tersebut. Mulai
dari pola bisnis, perubahan produk, jam kerja, hingga cara berpikir.
Juga tak lupa memindahkan lokasi kantor pusat BNI Life.
Jika dahulu kantor BNI Life berada di belakang SPBU, kini berdiri berhadap-hadapan dengan sang induk, PT BNI (Persero) TBK.

Foto:Republika/Adhi Wicaksono
Direktur Utama BNI Life A Junaedy Ganie
Bagi dia, perubahan itu penting khususnya bagaimana masyarakat memandang brand BNI Life. Begitu juga karyawan sendiri memandang perusahaan yang mereka bangun. Berikut petikan wawancara reporter Republika, Ichsan Emrald Alamsyah dan pewarta foto Adhi Wicaksono.
BNI Life kini telah berubah, bagaimana proses perubahan itu berlangsung?
Semuanya dimulai ketika direksi BNI Life mulai menjabat pada 20 September tahun 2011, di mana sebentar lagi menjelang tiga tahun masa jabatan kami. Waktu kami menerima tanggung jawab ini, ada mandat yang kami terima, yang pertama adalah melakukan akselerasi nilai-nilai korporasi. Jadi, kami harus menemukan dan membangun, sehingga BNI Life memiliki nilai-nilai yang tinggi. Dalam arti bukan hanya sekadar harga perusahaan, namun juga integritas, aspek identitas, budaya, dan aspek praktik bisnis.
Kemudian, menjadikan bancassurance sebagai backbone (tulang punggung) perusahaan. Awalnya ketika kami masuk bisnis yang besar adalah dari agensi, padahal BNI adalah anak usaha BNI, salah satu bank terbesar di Indonesia. Pangsa pasar kita sendiri sangat kecil, sehingga kami punya tekad yang kuat untuk maju.
Selanjutnya adalah revitalisasi agensi. Sejak 2004 terus merugi dan saat ini kami mengubah menjadi entiti yg menghasilkan laba.
Kemudian, strategi produk dalam mendukung pencapaian profitabilitas dan pertumbuhan yang berkelanjutan. Salah satunya menghentikan puluhan produk agensi.
Intinya kami membuat produk yg berguna namun tak merugikan perusahaan. Salah satunya tak fokus pada premi single. Selain itu, tata kelola perusahaan (coorporate governance) berjalan sempurna. Termasuk membentuk risk management. Selain itu membangun perusahaan dengan dukungan sumber daya insani yang andal. Terakhir tentu saja mempersiapkan perusahaan menjadi menarik bagi calon strategic partner.
Anda mengatakan dengan kehadiran Sumitomo Life akan mengarahkan bancassurance sebagai channel bisnis utama, sebenarnya berapa kontribusinya?
Kami percaya bancassurance akan menjadi tulang punggung perusahaan. Karena kami menyadari bancassurance yang dimiliki perusahaan induk yaitu BNI, masih memiliki potensi sangat besar. Artinya, ketika kami melihat bisnis di dalam sendiri sangat besar dan nasabah juga mereka yang percaya BNI, alangkah baiknya BNI life menggali potensi yang ada tersebut.
Karena tentunya kami menilai jika nasabah kami percaya dengan BNI maka juga akan meyakini BNI Life. Sehingga, kami berharap prosesnya akan jauh lebih mudah untuk mendapat kepercayaan nasabah.
Akan tetapi, bukan berarti kami akan melupakan tiga lini bisnis lainnya. Khususnya syariah yang tumbuh hampir di level 100 persen. Di mana itu merupakan refleksi dari pertumbuhan yang sangat bagus, sementara tahun sebelumnya bisa tumbuh hingga 46-48 persen.
Apakah ada rencana spin-off untuk unit syariah?
Satu hal yang kami ketahui, regulator berencana meluncurkan aturan mengenai syariah. Artinya, kami akan mengikuti setiap langkah atau arahan dari regulator.
Jika regulator menetapkan kami dalam waktu satu atau dua tahun harus spin-off maka akan kami lakukan. Hanya saja, kami memang memiliki rencana untuk melakukan spin-off untuk unit syariah, hanya saja belum menetapkan waktunya.
Namun, tahun ini di mana modalnya senilai Rp 25 miliar maka akan ditingkatkan menjadi sangat besar. Berdasarkan business plan kami akan digelontorkan dana sehingga modalnya menjadi Rp 75 miliar sampai Rp 100 miliar.
Tentu saja, hal itu menunggu persetujuan pemegang saham. Ini baru tahap perencanaan dan secara prinsip kesepakatan di tingkat direksi.
Apakah akan ada produk baru?
Belum lama ini kami meluncurkan produk baru. Beberapa di antaranya adalah Purna Sejahtera, Spektra Health Care, dan masih ada beberapa yang masih di Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Produk yang ada di OJK masih belum bisa kami sampaikan.
Kemudian, kehadiran perwakilan Sumitomo Life saat ini diharapkan juga meningkatkan product development. Kami berharap dengan kehadiran perwakilan Sumitomo Life bisa terjadi replikasi produk yang bagus di Jepang, namun juga baik untuk masyarakat Indonesia.
BNI Life berharap menjadi salah satu asuransi pilihan, sebenarnya apa artinya?
Pengertian dasar dari Life insurance of choice adalah kami ingin bahwa bila masyarakat berpikir mengenai kebutuhan asuransi maka yang pertama kali terlintas adalah BNI Life. Cita-cita yang besar dan tak mudah karena kami ingin membuat BNI Life sebagai Household Names.
Artinya bukan hanya bank, namun juga asuransinya. Kapan waktunya, kami tak bisa menyebutkan. Hanya saja kami berharap itu menjadi surprise bagi pemegang saham.
Kenapa BNI Life memilih Sumitomo?
Sebenarnya jawaban sangat mudah, namun itu merupakan refleksi dari sesuatu yang sangat besar bahwa ternyata, baik BNI Life maupun Sumitomo memiliki landasan filosofis, baik visi misi perusahaan maupun rencana.
Apakah BNI Life akan melahirkan produk mikro?
Dari aspek ketentuan, perusahaan asuransi setidaknya harus memiliki mikro. Begitu juga ketika kita melihat kebutuhan masyarakat Indonesia bahwa masyarakat di bawah yang membutuhkannya.
Karena mereka yang butuh kepastian jaminan untuk keberlanjutan kelangsungan pendapatan. Sehingga, tidak ada salahnya perusahaan asuransi untuk bergerak juga di bidang mikro.
Kami pun termasuk salah satu perusahaan bergerak di mikro. Walaupun masih dalam tahap yang sangat kecil.
Namun, tahun ini kami bertekad untuk bergerak di bidang mikro secara signifikan. Detailnya belum bisa kami kemukakan, hanya saja yang bisa kami katakan adalah 2014 kami juga ingin dikenal sebagai salah satu perusahaan penyedia jasa asuransi mikro.
Tantangan dalam menuju transformasi fase kedua di BNI Life?
Terdapat sejumlah tantangan besar dalam fase kedua ini. Ekuitas perusahaan yang meningkat tinggi pada akhir fase pertama dari hanya sebesar Rp 400 miliar pada ujung fase pertama menjadi Rp 4,6 triliun tentunya akan diikuti oleh rencana pertumbuhan bisnis dan imbal hasil usaha yang lebih baik dari semua pemangku kepentingan.
Bentuk perusahaan yang telah menjadi sebuah perusahaan patungan dengan Sumitomo Life memiliki saham hampir 40 persen yang menyertakan tambahan direksi dan komisaris baru membawa perusahaan pada tahap asimilasi budaya kerja, termasuk dalam melakukan adopsi atas sejumlah praktik bisnis dari Sumitomo Life yang mungkin hendak diterapkan di BNI Life.
Pada saat yang bersamaan, cita kami untuk menjadikan bisnis bancassurance sebagai tulang punggung perusahaan dihadapkan pada wacana OJK untuk menerapkan aturan tertentu, khusus untuk bisnis bancassurance sehingga kami sangat mengharapkan regulator dalam hal ini mengkaji wacana tersebut secara lengkap dan bijak dan melibatkan para pakar dalam bisnis bancassurance di Indonesia.
Regulasi yang terkait dengan distribusi telemarketing telah menunjukkan dampak negatifnya bagi industri asuransi. Jangkauan telemarketing yang selama ini menjadi akses masuk yang membuka wawasan masyarakat tentang keberadaan proteksi asuransi yang memang mereka butuhkan yang ternyata dapat diperoleh dengan harga terjangkau menjadi surut. Kebijakan regulator dalam hal ini perlu disikapi dengan baik karena pertumbuhan asuransi melalui saluran telemarketing telah memberikan kontribusi yang berarti dalam meningkatkan kesadaran berasuransi masyarakat Indonesia. Adalah penting untuk menemukan solusi agar keluhan yang timbul terkait dengan saluran telemarketing diatasi dengan ketentuan yang berbeda.
Perlambatan pertumbuhan perekonomian Indonesia membawa perjalanan ke depan ini memasuki koridor baru. Persaingan tinggi perbankan di tengah likuiditas ketat memberikan tekanan prioritas kepada bank mitra kami yang mungkin berbeda dengan kepentingan industri asuransi. Menemukan kesamaan visi dan arah serta kepentingan bersama yang saling menguntungkan dan memberikan nilai tambah bagi nasabah perbankan melalui bisnis bancassurance menjadi tantangan tersendiri pula.
Secara mental, kami berharap upaya persiapan, pembentukan kultur budaya kerja dan bonding yang telah tanamkan selama SDM BNI Life menuju konversi menjadi sebuah perusahaan joint venture yang telah dicanangkan sejak awal transformasi tahap pertama akan membuat proses penyatuan ini berjalan lancar. Seleksi terhadap penerimaan karyawan baru harus disesuaikan dengan tuntutan dan lingkungan kerja yang berubah.
Transformasi tahap kedua yang bersamaan dengan fase transformasi pasar asuransi Asia Tenggara (ASEAN) memasuki implementasi Masyarakat Ekonomi Asian (MEA) 2015 membawa kita kepada dimensi persaingan yang baru pula. Terpilihnya BNI Life sebagai peringkat pertama Best Life Insurer 2014 oleh Media Asuransi untuk kategori perusahaan dengan ekuitas Rp 250 miliar - Rp 750 miliar memberikan tanggung jawab tersendiri pula.
ed: irwan kelana
***
Asyiknya Pergi Berlibur Bersama
Dalam kesibukan yang dijalaninya, Direktur Utama BNI Life Ahmad Junaedy Ganie mengaku tetap mengutamakan kebersamaan dengan keluarga. Mulai dari makan malam dan nonton film bersama, melakukan kegiatan olahraga bersama meskipun sekedar melakukannya pada waktu dan di tempat yang sama tetapi ada yang melakukan treadmill, ada yang berenang, dan bahkan ada yang berlatih Satria Nusantara.
"Pergi berlibur bersama selalu merupakan passion kami yang tidak harus selalu berbiaya mahal. Kebersamaan di rumah dilakukan mulai dari melakukan berbagai permainan kartu atau sekadar menonton televisi atau berdiskusi tentang apa pun atau membawa jalan hewan peliharaan kami," tutur Junaedy.
Ia juga meluangkan waktu untuk menambah pengetahuan dengan membaca berbagai jenis buku, menulis, atau sesekali meluangkan waktu baik sendiri atau ditemani. "Hal tersebut untuk memenuhi minat saya terhadap budaya dan seni tradisional," ujarnya.
Saat ditanyakan apa yang menjadi target yang ingin dicapai dalam hidupnya, Junaedy mengatakan bahwa setiap insan mengemban suatu tanggung jawab. "Saya mengharapkan diberkahi kepercayaan untuk memberikan kontribusi dalam arti yang luas untuk kebaikan dan kemajuan banyak sejak dari lingkungan yang terkecil, yaitu keluarga, lingkungan tempat saya diberikan kepercayaan untuk memimpin, komunitas sosial, sampai pada lingkungan yang tidak terbatas sesuai dengan jangkauan kemampuan yang diizinkan oleh Yang Mahakuasa, sesuai dengan panutan dan ajaran-ajaran yang diberikan-Nya," paparnya.
Dalam lingkungan terdekat, ia juga terus berusaha untuk menjadi orang tua yang baik dan ini tidak mudah. "Sebagai anak, saya juga masih berjuang untuk menjadi anak yang baik. Sebagai pemimpin saya berharap dapat menjadi pemimpin yang bijak, inspiring, dan dapat menjadi coach atau mentor yang efektif dan berhasil menjadikan usaha yang dipimpin menjadi memilki daya saing yang tinggi," katanya.
Junaedy mengaku memiliki minat yang tinggi dalam capacity building yaitu menggali dan membangun potensi optimum dalam setiap individu sampai pada kontribusi dalam pembangunan karakter bangsa sehingga dapat ikut berperan dalam menjadikan bangsa Indonesia sebagai bangsa yang bermartabat tinggi, mandiri, dan kreatif. "Saya mengagumi mereka yang menjadi legenda dalam bidang mereka masing-masing. Saya mengagumi mereka yang ringan tangan dan tidak segan membantu pihak yang memerlukan pertolongan. Saya masih harus belajar banyak dan berusaha lebih keras," tegas Ahmad Junaedy Ganie. ed: irwan kelana
Jika dahulu kantor BNI Life berada di belakang SPBU, kini berdiri berhadap-hadapan dengan sang induk, PT BNI (Persero) TBK.

Foto:Republika/Adhi Wicaksono
Direktur Utama BNI Life A Junaedy Ganie
Bagi dia, perubahan itu penting khususnya bagaimana masyarakat memandang brand BNI Life. Begitu juga karyawan sendiri memandang perusahaan yang mereka bangun. Berikut petikan wawancara reporter Republika, Ichsan Emrald Alamsyah dan pewarta foto Adhi Wicaksono.
BNI Life kini telah berubah, bagaimana proses perubahan itu berlangsung?
Semuanya dimulai ketika direksi BNI Life mulai menjabat pada 20 September tahun 2011, di mana sebentar lagi menjelang tiga tahun masa jabatan kami. Waktu kami menerima tanggung jawab ini, ada mandat yang kami terima, yang pertama adalah melakukan akselerasi nilai-nilai korporasi. Jadi, kami harus menemukan dan membangun, sehingga BNI Life memiliki nilai-nilai yang tinggi. Dalam arti bukan hanya sekadar harga perusahaan, namun juga integritas, aspek identitas, budaya, dan aspek praktik bisnis.
Kemudian, menjadikan bancassurance sebagai backbone (tulang punggung) perusahaan. Awalnya ketika kami masuk bisnis yang besar adalah dari agensi, padahal BNI adalah anak usaha BNI, salah satu bank terbesar di Indonesia. Pangsa pasar kita sendiri sangat kecil, sehingga kami punya tekad yang kuat untuk maju.
Selanjutnya adalah revitalisasi agensi. Sejak 2004 terus merugi dan saat ini kami mengubah menjadi entiti yg menghasilkan laba.
Kemudian, strategi produk dalam mendukung pencapaian profitabilitas dan pertumbuhan yang berkelanjutan. Salah satunya menghentikan puluhan produk agensi.
Intinya kami membuat produk yg berguna namun tak merugikan perusahaan. Salah satunya tak fokus pada premi single. Selain itu, tata kelola perusahaan (coorporate governance) berjalan sempurna. Termasuk membentuk risk management. Selain itu membangun perusahaan dengan dukungan sumber daya insani yang andal. Terakhir tentu saja mempersiapkan perusahaan menjadi menarik bagi calon strategic partner.
Anda mengatakan dengan kehadiran Sumitomo Life akan mengarahkan bancassurance sebagai channel bisnis utama, sebenarnya berapa kontribusinya?
Kami percaya bancassurance akan menjadi tulang punggung perusahaan. Karena kami menyadari bancassurance yang dimiliki perusahaan induk yaitu BNI, masih memiliki potensi sangat besar. Artinya, ketika kami melihat bisnis di dalam sendiri sangat besar dan nasabah juga mereka yang percaya BNI, alangkah baiknya BNI life menggali potensi yang ada tersebut.
Karena tentunya kami menilai jika nasabah kami percaya dengan BNI maka juga akan meyakini BNI Life. Sehingga, kami berharap prosesnya akan jauh lebih mudah untuk mendapat kepercayaan nasabah.
Akan tetapi, bukan berarti kami akan melupakan tiga lini bisnis lainnya. Khususnya syariah yang tumbuh hampir di level 100 persen. Di mana itu merupakan refleksi dari pertumbuhan yang sangat bagus, sementara tahun sebelumnya bisa tumbuh hingga 46-48 persen.
Apakah ada rencana spin-off untuk unit syariah?
Satu hal yang kami ketahui, regulator berencana meluncurkan aturan mengenai syariah. Artinya, kami akan mengikuti setiap langkah atau arahan dari regulator.
Jika regulator menetapkan kami dalam waktu satu atau dua tahun harus spin-off maka akan kami lakukan. Hanya saja, kami memang memiliki rencana untuk melakukan spin-off untuk unit syariah, hanya saja belum menetapkan waktunya.
Namun, tahun ini di mana modalnya senilai Rp 25 miliar maka akan ditingkatkan menjadi sangat besar. Berdasarkan business plan kami akan digelontorkan dana sehingga modalnya menjadi Rp 75 miliar sampai Rp 100 miliar.
Tentu saja, hal itu menunggu persetujuan pemegang saham. Ini baru tahap perencanaan dan secara prinsip kesepakatan di tingkat direksi.
Apakah akan ada produk baru?
Belum lama ini kami meluncurkan produk baru. Beberapa di antaranya adalah Purna Sejahtera, Spektra Health Care, dan masih ada beberapa yang masih di Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Produk yang ada di OJK masih belum bisa kami sampaikan.
Kemudian, kehadiran perwakilan Sumitomo Life saat ini diharapkan juga meningkatkan product development. Kami berharap dengan kehadiran perwakilan Sumitomo Life bisa terjadi replikasi produk yang bagus di Jepang, namun juga baik untuk masyarakat Indonesia.
BNI Life berharap menjadi salah satu asuransi pilihan, sebenarnya apa artinya?
Pengertian dasar dari Life insurance of choice adalah kami ingin bahwa bila masyarakat berpikir mengenai kebutuhan asuransi maka yang pertama kali terlintas adalah BNI Life. Cita-cita yang besar dan tak mudah karena kami ingin membuat BNI Life sebagai Household Names.
Artinya bukan hanya bank, namun juga asuransinya. Kapan waktunya, kami tak bisa menyebutkan. Hanya saja kami berharap itu menjadi surprise bagi pemegang saham.
Kenapa BNI Life memilih Sumitomo?
Sebenarnya jawaban sangat mudah, namun itu merupakan refleksi dari sesuatu yang sangat besar bahwa ternyata, baik BNI Life maupun Sumitomo memiliki landasan filosofis, baik visi misi perusahaan maupun rencana.
Apakah BNI Life akan melahirkan produk mikro?
Dari aspek ketentuan, perusahaan asuransi setidaknya harus memiliki mikro. Begitu juga ketika kita melihat kebutuhan masyarakat Indonesia bahwa masyarakat di bawah yang membutuhkannya.
Karena mereka yang butuh kepastian jaminan untuk keberlanjutan kelangsungan pendapatan. Sehingga, tidak ada salahnya perusahaan asuransi untuk bergerak juga di bidang mikro.
Kami pun termasuk salah satu perusahaan bergerak di mikro. Walaupun masih dalam tahap yang sangat kecil.
Namun, tahun ini kami bertekad untuk bergerak di bidang mikro secara signifikan. Detailnya belum bisa kami kemukakan, hanya saja yang bisa kami katakan adalah 2014 kami juga ingin dikenal sebagai salah satu perusahaan penyedia jasa asuransi mikro.
Tantangan dalam menuju transformasi fase kedua di BNI Life?
Terdapat sejumlah tantangan besar dalam fase kedua ini. Ekuitas perusahaan yang meningkat tinggi pada akhir fase pertama dari hanya sebesar Rp 400 miliar pada ujung fase pertama menjadi Rp 4,6 triliun tentunya akan diikuti oleh rencana pertumbuhan bisnis dan imbal hasil usaha yang lebih baik dari semua pemangku kepentingan.
Bentuk perusahaan yang telah menjadi sebuah perusahaan patungan dengan Sumitomo Life memiliki saham hampir 40 persen yang menyertakan tambahan direksi dan komisaris baru membawa perusahaan pada tahap asimilasi budaya kerja, termasuk dalam melakukan adopsi atas sejumlah praktik bisnis dari Sumitomo Life yang mungkin hendak diterapkan di BNI Life.
Pada saat yang bersamaan, cita kami untuk menjadikan bisnis bancassurance sebagai tulang punggung perusahaan dihadapkan pada wacana OJK untuk menerapkan aturan tertentu, khusus untuk bisnis bancassurance sehingga kami sangat mengharapkan regulator dalam hal ini mengkaji wacana tersebut secara lengkap dan bijak dan melibatkan para pakar dalam bisnis bancassurance di Indonesia.
Regulasi yang terkait dengan distribusi telemarketing telah menunjukkan dampak negatifnya bagi industri asuransi. Jangkauan telemarketing yang selama ini menjadi akses masuk yang membuka wawasan masyarakat tentang keberadaan proteksi asuransi yang memang mereka butuhkan yang ternyata dapat diperoleh dengan harga terjangkau menjadi surut. Kebijakan regulator dalam hal ini perlu disikapi dengan baik karena pertumbuhan asuransi melalui saluran telemarketing telah memberikan kontribusi yang berarti dalam meningkatkan kesadaran berasuransi masyarakat Indonesia. Adalah penting untuk menemukan solusi agar keluhan yang timbul terkait dengan saluran telemarketing diatasi dengan ketentuan yang berbeda.
Perlambatan pertumbuhan perekonomian Indonesia membawa perjalanan ke depan ini memasuki koridor baru. Persaingan tinggi perbankan di tengah likuiditas ketat memberikan tekanan prioritas kepada bank mitra kami yang mungkin berbeda dengan kepentingan industri asuransi. Menemukan kesamaan visi dan arah serta kepentingan bersama yang saling menguntungkan dan memberikan nilai tambah bagi nasabah perbankan melalui bisnis bancassurance menjadi tantangan tersendiri pula.
Secara mental, kami berharap upaya persiapan, pembentukan kultur budaya kerja dan bonding yang telah tanamkan selama SDM BNI Life menuju konversi menjadi sebuah perusahaan joint venture yang telah dicanangkan sejak awal transformasi tahap pertama akan membuat proses penyatuan ini berjalan lancar. Seleksi terhadap penerimaan karyawan baru harus disesuaikan dengan tuntutan dan lingkungan kerja yang berubah.
Transformasi tahap kedua yang bersamaan dengan fase transformasi pasar asuransi Asia Tenggara (ASEAN) memasuki implementasi Masyarakat Ekonomi Asian (MEA) 2015 membawa kita kepada dimensi persaingan yang baru pula. Terpilihnya BNI Life sebagai peringkat pertama Best Life Insurer 2014 oleh Media Asuransi untuk kategori perusahaan dengan ekuitas Rp 250 miliar - Rp 750 miliar memberikan tanggung jawab tersendiri pula.
ed: irwan kelana
***
Asyiknya Pergi Berlibur Bersama
Dalam kesibukan yang dijalaninya, Direktur Utama BNI Life Ahmad Junaedy Ganie mengaku tetap mengutamakan kebersamaan dengan keluarga. Mulai dari makan malam dan nonton film bersama, melakukan kegiatan olahraga bersama meskipun sekedar melakukannya pada waktu dan di tempat yang sama tetapi ada yang melakukan treadmill, ada yang berenang, dan bahkan ada yang berlatih Satria Nusantara.
"Pergi berlibur bersama selalu merupakan passion kami yang tidak harus selalu berbiaya mahal. Kebersamaan di rumah dilakukan mulai dari melakukan berbagai permainan kartu atau sekadar menonton televisi atau berdiskusi tentang apa pun atau membawa jalan hewan peliharaan kami," tutur Junaedy.
Ia juga meluangkan waktu untuk menambah pengetahuan dengan membaca berbagai jenis buku, menulis, atau sesekali meluangkan waktu baik sendiri atau ditemani. "Hal tersebut untuk memenuhi minat saya terhadap budaya dan seni tradisional," ujarnya.
Saat ditanyakan apa yang menjadi target yang ingin dicapai dalam hidupnya, Junaedy mengatakan bahwa setiap insan mengemban suatu tanggung jawab. "Saya mengharapkan diberkahi kepercayaan untuk memberikan kontribusi dalam arti yang luas untuk kebaikan dan kemajuan banyak sejak dari lingkungan yang terkecil, yaitu keluarga, lingkungan tempat saya diberikan kepercayaan untuk memimpin, komunitas sosial, sampai pada lingkungan yang tidak terbatas sesuai dengan jangkauan kemampuan yang diizinkan oleh Yang Mahakuasa, sesuai dengan panutan dan ajaran-ajaran yang diberikan-Nya," paparnya.
Dalam lingkungan terdekat, ia juga terus berusaha untuk menjadi orang tua yang baik dan ini tidak mudah. "Sebagai anak, saya juga masih berjuang untuk menjadi anak yang baik. Sebagai pemimpin saya berharap dapat menjadi pemimpin yang bijak, inspiring, dan dapat menjadi coach atau mentor yang efektif dan berhasil menjadikan usaha yang dipimpin menjadi memilki daya saing yang tinggi," katanya.
Junaedy mengaku memiliki minat yang tinggi dalam capacity building yaitu menggali dan membangun potensi optimum dalam setiap individu sampai pada kontribusi dalam pembangunan karakter bangsa sehingga dapat ikut berperan dalam menjadikan bangsa Indonesia sebagai bangsa yang bermartabat tinggi, mandiri, dan kreatif. "Saya mengagumi mereka yang menjadi legenda dalam bidang mereka masing-masing. Saya mengagumi mereka yang ringan tangan dan tidak segan membantu pihak yang memerlukan pertolongan. Saya masih harus belajar banyak dan berusaha lebih keras," tegas Ahmad Junaedy Ganie. ed: irwan kelana

Thursday, 17 July 2014
Istilah mana yang paling tepat? Asuransi Jiwa atau Asuransi Kehidupan? - Insurance
Istilah mana
yang paling tepat? Asuransi Jiwa atau Asuransi Kehidupan?
Oleh Junaedy Ganie
Masyarakat luas Indonesia
mengenal istilah “Asuransi Jiwa” yang jika diterjemahkan ke dalam Bahasa
Inggris menjadi “Life Insurance”, sebagaimana umumnya dipergunakan secara internasional.
Tepatkah istilah “Asuransi Jiwa” tersebut?
Tujuan utama masyarakat
atau konsumen asuransi jiwa membeli polis asuransi jiwa adalah untuk memperoleh
jaminan kemampuan dalam menjaga atau meningkatkan kualitas kehidupan ketika polis yang dibelinya jatuh
tempo atau jika tertanggung meninggal dunia sebelum tanggal jatuh tempo adalah untuk
mewariskan kemampuan mempertahankan gaya hidup kepada keluarga yang
ditinggalkan. Dengan demikian, landasan keberadaan polis asuransi tidak
sepenuhnya tergantung kepada jiwa tertanggung tetapi lebih luas dari itu, yaitu
jaminan kelangsungan perolehan nafkah dan gaya hidup.
Dari aspek pertimbangan
promosi dan ketertarikan masyarakat calon pembeli proteksi asuransi jiwa,
pendekatan yang mempergunakan istilah “asuransi jiwa” cenderung menimbulkan
suatu hambatan psikologis kepada calon nasabah terutama terkait dengan dialog
yang membahas tentang kehilangan jiwa. Reaksi calon pembeli akan berbeda
sekiranya pendekatan yang dilakukan oleh pemasar asuransi jiwa lebih menitikberatkan
kepada aspek upaya untuk meningkatkan kualitas hidup, baik bagi diri
sendiri maupun bagi keluarga. Perubahan
tersebut tentu akan berpengaruh positif dalam meningkatkan kesadaran masyarakat
Indonesia terhadap pentingnya perlindungan asuransi dan bahwa biaya produk
asuransi jiwa tersebut terjangkau oleh masyarakat luas karena industri asuransi
memiliki ragam produk yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan kantong
masing-masing anggota lapisan masyarakat.
Secara harfiah, terjemahan
“asuransi jiwa” sendiri adalah “soul insurance”, bukan “life insurance”. Untuk
jenis asuransi yang melindungi harta benda dan kepentingan serta tanggung jawab
hukum, istilah “asuransi umum” yang dikenal sekarang masih merupakan istilah
yang tergolong baru. Sebelumnya di Indonesia kita mengenal istilah “asuransi
kerugian”. Istilah tersebut kadang kala menimbulkan kejanggalan sewaktu
diterjemahkan kembali ke dalam Bahasa Inggris (termasuk dalam dokumen resmi
atau terjemahan atas ketentuan perundang-undangan atau peraturan tentang
perasuransian Republik Indonesia), menjadi “loss insurance” padahal secara
internasional dipergunakan istilah
“general insurance”. Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) telah mempelopori
dan berhasil melakukan perubahan sehingga istilah “asuransi kerugian” telah
ditinggalkan dan menjadi “asuransi umum”. Rasanya Asosiasi Asuransi Jiwa
Indonesia (AAJI) dapat melakukan perubahan yang sama.
Apakah istilah yang paling
tepat? Saya menyimpulkan bahwa istilah “Asuransi Kehidupan” adalah istilah yang lebih tepat, lebih
luas dan memberi dampak psikologis yang lebih positif. Dalam beberapa forum
sebelumnya saya pernah mempergunakan istilah “Asuransi Hidup” tetapi saya
kemudian berpendapat bahwa ini bukan istilah yang paling sesuai dan berubah
mempergunakan istilah “Asuransi Kehidupan” termasuk pada website di BNI Life
dan berbagai kesempatan lainnya walaupun masih secara bersamaan dengan
penggunaan istilah “Asuransi Jiwa”. Saat ini terdapat sebuah perusahaan
asuransi jiwa di Indonesia yang telah mempergunakan istilah “Asuransi Hidup”,
suatu langkah positif dalam mempelopori perubahan.
Semoga pandangan ini dapat
menjadi masukan kepada AAJI dan kepada regulator untuk melakukan perubahan dan
mempelopori penggunakan istilah yang lebih tepat, yaitu “Asuransi Kehidupan” untuk “Life Insurance”. Perubahan tersebut
dapat diharapkan akan memberikan dampak positif bagi kemajuan industri asuransi
Indonesia.
Jakarta, 12 Juli 2014

Tuesday, 8 July 2014
Interview with Bloomberg Businessweek 18 June 2014 - Strategy - Interview / Insurance / Management

Sunday, 29 June 2014
Oleh-oleh dari Bali - Jati diri dan martabat bangsa - Pembangunan Karakter Bangsa
Oleh-oleh
dari Bali - Jati diri dan martabat bangsa
Oleh Junaedy
Ganie
Rasanya hampir selalu ada
hal-hal baru yang menarik perhatian saya setiap melakukan kunjungan ke Bali,
baik hal-hal atau kejadian yang ringan dan lucu maupun hal-hal yang membangkitkan
inspirasi atau semangat yang besar. Saya dan isteri dan anak bungsu kami
melalui perjalanan diri yang menarik dalam liburan singkat keluarga menjelang
bulan Ramadan 1435 H tahun ini.
Di Jakarta, kami tinggal
di perumahan yang memberikan kami kebanggaan akan riuhnya kicauan burung-burung
liar di pohon-pohon di sekitar kami terutama ketika fajar menyingsing. Sewaktu kami
kembali menginap di sebuah hotel di kawasan Nusa Dua kami menemukan sesuatu yang
baru. Mungkin hal ini luput dari perhatian sebagian tamu hotel tapi keberadaan
beberapa ekor tupai (anak kami menyebutnya chipmunks,
mengikuti karakter komik anak-anak), yang mendekat, berlompatan dan menjuntai dari
pohon-pohon sekitar restoran menemani kami sarapan memberikan perasaan
berbahagia kepada kami. Sebagian dari tupai-tupai tersebut menjadi begitu jinak
sehingga bolak balik memakan biji kacang langsung dari tangan kami. Ada
beberapa keluarga lain yang melakukan kegiatan yang sama. Kami semakin
terperangah dan menikmati kebersamaan dengan para chipmunks lain yang menunjukan sikap dan keramahan yang sama
sewaktu kami menikmati keindahan laut dan pantai pada pagi itu di bangku-bangku
tempat berbaring di pantai. Terdapat perkembangan dalam perhatian terhadap
lingkungan hidup yang memberikan rasa nyaman dan memperkuat identitas hotel
tersebut. Keramahan terhadap lingkungan yang meningkat juga dapat kita temukan
di beberapa komplek perumahan dan lapangan golf di Jakarta dan sekitarnya yang
telah menjadi habitat yang nyaman bagi sejumlah satwa terutama burung atau jenis dan
unggas lainnya, walaupun mungkin masih harus disertai upaya penjagaan yang ketat.
Ketika menikmati sarapan
pagi setelah kami pindah menginap di sebuah hotel lain di daerah Jimbaran, kami
secara tidak sengaja memperhatikan 3 anak-anak perempuan bule yang mungkin
berusia 3 tahun sampai 6 tahun sedang memberi makan ikan-ikan koi yang jinak di
kolam. Anak-anak itu tampaknya kakak beradik. Beberapa waktu kemudian, kami
memperhatikan ketiganya seperti kebingungan mengatasi sesuatu yang terjadi di
kolam. Kami melihat mereka memanggil seorang wanita yang kami yakin adalah ibu
mereka untuk membantu tetapi tidak berhasil sehingga dia memanggil suaminya
untuk datang agar ikut membantu. Si ayah yang datang tidak berhasil mengatasi masalah
yang sedang terjadi di pinggir kolam tersebut sehingga memanggil petugas pembersih
kolam yang sedang bekerja untuk meminjam tongkat gagang pembersih lantai yang
sedang dipergunakannya. Apa yang kami lihat kemudian? Ternyata si ayah berhasil
mengeluarkan sebuah kotak kertas kecil berbentuk segi tiga berwarna putih yang
tidak lain adalah kotak makanan ikan yang tadinya dipergunakan salah satu dari
ketiga anak-anak tersebut. Kejadian itu mengesankan kami dan melahirkan
pertanyaan seberapa banyak keluarga muda Indonesia dari kelas menengah atas
akan bersikap sama?
Kejadian tersebut
menimbulkan rasa hormat kami yang tinggi kepada keluarga tersebut atas buah
dari pendidikan yang diberikan dan dipraktikan dalam keluarga kecil tersebut.
Kami menyimpulkan bahwa kesadaran dan sikap bertanggung jawab terhadap
lingkungan yang secara tidak sengaja terlihat di depan kami merupakan sebuah
refleksi dari proses pendidikan yang membentuk jati diri pada masing-masing
individu dalam keluarga tersebut tentang bagaimana mereka bersikap dan cara mereka
menempatkan diri. Rasa hormat kami
terhadap sikap mereka menempatkan mereka sebagai pribadi-pribadi yang
bermartabat dan secara langsung juga
mengangkat harkat mereka sebagai anggota bangsa yang bermartabat tinggi. Mudah-mudahan
upaya berbagi pengalaman dan pandangan ini dapat pula menimbulkan hasrat untuk
bersama-sama membangun lingkungan dan saling mengingatkan melalui pembentukan
jati diri dan meningkatkan martabat bangsa Indonesia. Apalagi, ada kalanya kita
masih menemukan pemandangan sampah yang dilemparkan ke jalan raya dari
mobil-mobil yang melintas di depan kita, termasuk di Jalan Sudirman dan M.H.
Thamrin!
Pencarian dan pembentukan
jati diri sejak dini dan sejak dari lingkungan terkecil, yaitu keluarga
masing-masing, sehingga kita menemukan identitas bangsa yang kuat yang akan menjadi modal penting dalam
meningkatkan martabat bangsa Indonesia. Identitas tersebut akan berperan
penting dalam menggapai kemajuan Indonesia yang beretika dan terhormat.
Indonesia yang memiliki budaya, sejarah masa lalu yang membanggakan, memiliki
bukti-bukti sejarah yang agung yang sayangnya masih belum dapat memberikan
nilai tambah setinggi tingkat keberhasilan negara-negara tetangga yang memiliki
budaya, sejarah dan warisan keagungan yang lebih sedikit, walaupun terus
membaik.
Pilihan saya atas tayangan
film singkat Dewa Ruci dalam
penerbangan Garuda pulang ke Jakarta yang
menceritakan tempaan yang dilalui
para pelaut Indonesia dalam mencari jati diri dan membangun identitas bangsa di
atas kapal layar yang memiliki sejarah yang membanggakan, telah memberi
inspirasi pada banyak orang dan telah mengelilingi dunia sebanyak 2 kali serta
menjadi satu-satunya wakil Asia dalam OpSail
di Amerika Serikat pada tahun 2012. Sebuah lagi bukti bahwa kita bisa !
Niat berbagi tentang
pentingnya jati diri dan identitas bangsa dan nilai-nilai untuk menjunjung martabat
bangsa ini juga didorong oleh celotehan Made, supir mobil sewaan yang kami
pergunakan dalam satu perjalanan liburan tersebut, “Pak, kalau dulu, yang ada adalah karma pala, Kita bekerja baru
kemudian memperoleh hasilnya, sekarang pala karma. Dulu air hujan jatuh ke
jalan lalu mengalir ke got, sekarang hujan mengalir dari got ke jalan. Dulu
pejuang masuk penjara dan baru menjadi pejabat selepas dari penjara. Sekarang, banyak
yang memegang jabatan tinggi dulu, lalu masuk penjara !”.
Jakarta, 29 Juni 2014, Puasa hari
pertama, 1 Ramadan 1435H

Sunday, 1 June 2014
Interview - Jurus Junaedy dalam Transformasi Bisnis BNI Life, SWA 27 May - 4 June 2014 - Interview / Insurance / Management

Tuesday, 27 May 2014
Pembangunan Karakter Bangsa
Pembangunan Karakter Bangsa
Dalam gegap gempita
persaingan menjelang 9 Juli 2014 ketika bangsa Indonesia akan memilih di antara
dua pasang calon Presiden dan Wakil Presiden, salah satu hal yang menarik dari
visi masing-masing pasangan adalah perhatian terhadap pembangunan karakter
bangsa dengan cara masing-masing. Salah satu calon bahkan mengatakan akan
menjadikan pencak silat sebagai mata pelajaran wajib jika terpilih. Tak pelak lagi, pembangunan karakter bangsa
merupakan kebijakan penting dalam meningkatkan daya saing bangsa yang
ditentukan kualitas Sumber Daya Manusia Indonesia.
Mochtar Lubis dalam
bukunya Manusia Indonesia mengatakan
ciri manusia Indonesia antara lain munafik, enggan bertanggung jawab, feodal,
percaya tahayul, artistik, watak lemah, boros, lebih suka tidak bekerja keras,
cepat cemburu dan dengki, suka menggerutu, rakus dan tukang tiru. Gambaran yang
sifatnya mengeneralisir seluruh lapisan bangsa dan suku tersebut terbuka untuk
dipertentangkan pada kurun waktu masing-masing, terutama dalam kaitan dengan
perubahan yang timbul seiring dengan adanya perubahan lingkungan sosial dan
budaya, pengalaman hidup, pendidikan dan pembangunan karakter bangsa yang
dimulai dari lingkungan keluarga, sekolah dan pergaulan. Gambaran umum tersebut
tampak memperihatinkan tetapi masih relevan sebagai batu pijakan menyadari
bagaimana sikap mental yang melekat pada sebagian bangsa Indonesia yang telah membebani daya saing bangsa Indonesia.
Pemikiran tersebut dapat pula dijadikan sebuah acuan dalam pengembangan
karakter bangsa.
Terhadap pendapat yang
mengatakan bahwa kaitan masyarakat dengan masa lalunya tidak pernah mati sama
sekali masih pula dapat dipertentangkan jika ditarik mundur ke masa lalu tentang
bagian yang paling berpengaruh, misalnya apakah sebatas masa kolonial atau
lebih lama lagi ke masa kejayaan berbagai kerajaan di Nusantara yang
meninggalkan pengaruh yang berbeda-beda pada masing-masing daerah, suku dan lapisan masyarakat. Kejayaan masa lalu
yang diagung-agungkan dan deraan masa penjajahan memberikan dampak yang
berbeda-beda tetapi masing-masing dapat memberikan pengaruh positif dan negatif
tergantung dari bagaimana bangsa Indonesia mengelola dan memanfaatkannya. Hal
tersebut juga memberikan dukungan tentang pentingnya pemahaman terhadap sejarah
bangsa. “Jas merah” kata Soekarno. Pemahaman sejarah seyogyanya jangan lagi
terpaku pada kewajiban mengingat pribadi, tempat dan waktu tetapi bagaimana
menjadikan pelajaran sejarah memberikan pemahaman terhadap manfaat kejadian
masa lalu dan dampaknya pada masa kini sehingga membentuk generasi muda
Indonesia yang memiliki karakter dan mental yang kuat yang dapat membedakan yang
baik dan yang buruk serta yakin dengan arah yang dicitakan. Adalah terasa menyejukan
ketika pelajaran Sejarah menjadi mata pelajaran wajib pertama yang disebutkan
seorang anak karena telah memahami pentingnya peranan sejarah pada
bangsa-bangsa yang lebih maju.
Banyak hal dan contoh yang
dapat menjadi modal dalam melakukan perbaikan. Semakin banyak bangsa Indonesia
yang berkiprah dengan sukses memimpin atau mengembangkan karir di
perusahaan-perusahaan asing di dalam dan di luar negeri. Padahal tantangan yang
dihadapi dalam memimpin perusahaan asing bagi pemimpin Indonesia akan lebih
besar dari tantangan yang dihadapi oleh orang asing sendiri karena pada umumnya
bangsa Indonesia akan cenderung lebih penurut terhadap kepemimpinan bangsa
asing sementara cenderung mempertanyakan otoritas bangsa sendiri. Tidak akan
aneh jika menemukan pekerja Indonesia yang biasanya dapat mengemukakan pendapat
dalam bahasa Inggris dengan lancar dan penuh percaya diri di depan sesama
bangsa Indonesia yang akan tampak gugup, memperdengarkan tarikan nafas yang
tertekan dan kesulitan merangkai kata ketika harus menjelaskan hal yang sama di
hadapan orang asing. Padahal, kemampuan berbahasa Inggris orang-orang asing
tersebut justru tidak lebih baik dari bahasa Inggris-nya. Contoh modal penting lain
adalah mereka yang berhasil dengan baik dalam menyelesaikan pendidikan di luar
negeri. Semakin banyaknya pekerja Indonesia yang memiliki keahlian khusus
bekerja di luar negeri juga menambah daftar kebanggaan. Hal tersebut
membuktikan bahwa dari aspek bahan mentah, manusia Indonesia mampu bersaing
dengan bangsa lain. Ini mungkin merupakan bukti bahwa faktor lingkungan
berpengaruh besar terhadap baik buruknya seseorang.
Keadaan ini dapat
dipersulit oleh perilaku yang bertentangan dengan warisan budaya dari kejayaan
masa lalu yang diagung-agungkan sebagai bagian dari ciri manusia Indonesia
sehingga bangsa yang sebenarnya adalah pesaing yang tangguh terjebak
dalam sikap hipokrit. Sangat disayangkan bahwa sifat yang merupakan modal dalam
peningkatan daya saing bangsa tersebut terkungkung dalam pribadi-pribadi yang
sangat menonjolkan kepentingan pribadi dan golongan dengan mengorbankan
kepentingan orang banyak, kepentingan nasional dan mengakibatkan perpecahan.
Para pemimpin yang memperoleh giliran berkuasa cenderung melupakan idealisme
mereka untuk kepentingan pribadi dan golongan sebagaimana pendapat Lord Acton
pada 1887 bahwa power tends to corrupt
and absolute power corrupts absolutely. Akibatnya, upaya penerapan aspek
tata kelola yang baik (good governance) dan kepatuhan (compliance), yang secara otomatis dapat
diterima sebagai norma umum dalam satu lingkungan, menjadi menjadi masalah
besar di lingkungan yang lain. Bahkan, upaya penegakannya justru dapat menjadi
sumber konflik yang tanpa ujung atau menjadi alasan untuk menafikan kinerja
yang membanggakan demi kehendak yang tidak wajar. Hal ini menunjukan adanya hubungan
budaya dan moral yang menimbulkan penyalahgunaan kekuasaan dan menimbulkan
kezaliman. Akan menjadi lebih parah lagi, jika lingkungan membentuk
pribadi-pribadi yang membiarkan atau permisif terhadap kezaliman demi
mempertahankan kedudukan atau melindungi kepentingan golongan.
Masayarakat Ekonomi Asean
2015 sudah di depan mata. Indonesia memerlukan peningkatan daya saing dari
Sumber Daya Manusia yang tangguh untuk memenangkan persaingan dan menegakan
martabat bangsa. Kita tentu berharap akan efektifitas kebijakan-kebijakan yang
akan diambil oleh pemimpin-pemimpin bangsa yang akan terpilih nanti tetapi
memberikan kontribusi sesuai bidang dan jangkauan masing-masing akan memberikan
dorongan yang tidak ternilai pula. Mari
membangun bersama.
Jakarta, 27 Mei 2014
Dr. Junaedy
Ganie

Wednesday, 21 May 2014
Do you speak "Bahasa"? - Pembangunan Karakter Bangsa
Do you speak "Bahasa"?
Dari waktu ke waktu terdengar seseorang (bangsa Indonesia) mengeluarkan kalimat yang menjadi judul tulisan ini kepada orang asing di Indonesia. Atau, kalimat sejenis "I am sorry I have to speak in "Bahasa" to my colleague to explain it" jika harus menjelaskan kepada rekan sesama orang Indonesia, jika diperlukan.
Saya dapat mengerti jika kesalahan penerjemahan dilakukan oleh orang asing tetapi mengapa kita bangsa Indonesia sendiri mengadopsi salah kaprah tersebut. Meneruskan mengadopsi salah kaprah ini bak orang tua yang mengikuti tata bahasa dan nada bicara bayi yang baru belajar berbicara atau masih "pelo" sehingga bayi tersebut tidak pernah tahu kata dan nada yang benar.
Mengapa kita tidak melakukan kesalahan yang sama
dengan menerjemahkan English atau English language menjadi
"Bahasa" atau "Language".
Mungkin orang Inggris akan bingung ketika kita mengatakan "I don't speak "Language"
padahal yang kita maksudkan kita tidak dapat berbicara dalam Bahasa Inggris.
Beberapa bulan yang lalu saya membaca sebuah artikel dalam harian terkemuka yang menyebutkan bahwa dalam suatu kelas universitas di luar negeri, kalau tidak salah ingat di Amerika Serikat, mahasiswa Indonesia menerjemahkan Indonesian language menjadi "Bahasa". Tampaknya semakin parah ya. Belum lama ini pula, perusahaan tempat saya bekerja membeli kendaraan operasional yang dilengkapi dengan petunjuk/peta jalan pada monitor di dash board. Mau tahu apa pilihan bahasa yang dicantumkan pada saat alat tersebut mulai diaktifkan? Pilihan bahasa yang pertama adalah "English" dan pilihan bahasa berikutnya adalah "Bahasa" ! Mustinya pilihan bahasa yang pertama adalah "Language" ya.....supaya seimbang dan sama-sama salah kaprah.
Sikap hormat kepada bahasa sendiri merupakan salah
satu refleksi dari rasa hormat kita pada bahasa kita yang menjadi salah satu
media pemersatu bangsa Indonesia. Lebih jauh lagi, upaya menjaga bahasa kita
adalah salah satu cara menunjukan upaya kita menjaga martabat bangsa Indonesia.
Ayo, mari kita berbenah walaupun sekecil apapun untuk menaikan harkat dan
membangun karakter bangsa Indonesia.
Tulisan ini sama sekali tidak bermaksud menafikan
pentingnya bagi bangsa Indonesia untuk menguasai bahasa asing.
Jakarta, 21 Mei 2014

Subscribe to:
Posts (Atom)