Friday 3 March 2017

Aneka warna kehidupan Agen Asuransi - Career in Insurance



Dr. Junaedy Ganie

Seri: Memorable Experiences in my insurance career
Pengantar

Sebagaimana telah diungkapkan dalam seri sebelumnya, permintaan dari suatu lembaga pendidikan di Australia dan rangkaian peristiwa sebelumnya telah melahirkan semangat yang tinggi kepada saya untuk menulis tentang riwayat hidup saya. Semoga anda menikmati atau paling tidak melihat manfaat dari ungkapan saya berikut di bawah ini. 

A FULL AND COLOURFUL LIFE
Pilihan saya memilih ilmu dibanding uang sebagaimana saya ungkapkan dalam seri sebelumnya membawa saya pada berbagai konsekuensi yang saya harus tanggung, sebagian tidak saya antisipasi sebelumnya. Pencapaian dalam memenangkan nasabah secara group besar seperti President Taxi tanpa saya sadari juga membawa pola pikir saya lebih tertuju untuk berkonsentrasi pada upaya memperoleh nasabah group saja. Namun, dengan hanya mengandalkan satu produk asuransi kecelakaan saja, pilihan menjadi terbatas. Kehidupan agen-agen senior juga tidak memberikan keyakinan kepada saya tentang masa depan sehingga saya telah memutuskan untuk meningkatkan pengetahuan ilmu asuransi sementara timbul keinginan untuk menjual group insurance atau Employee Benefits saja. Saya melihat bahwa Group Department yang dipimpin oleh Mrs Henny Budiman di gedung sebelah di perusahaan yang sama merupakan pilihan yang tepat.


Untuk mendekati langsung Mrs Budiman saya belum punya nyali. Saya memutuskan untuk melakukannya secara tidak langsung melalui John Delhaye, akuntan di AIA yang telah mengenal saya dengan baik.  Alhasil, keinginan saya di terima oleh Mrs Henny Budiman dan saya dapat mulai bekerja pada tanggal 25 Februari 1979, persis 1 tahun dari awal saya bekerja sebagai agen. Ternyata, Mrs Henny Budiman harus “membayar” cukup mahal. Captain Shane Miao tidak dapat menerima Group Department memperkerjakan saya. Karena dianggap telah membajak saya, saya mendengar dari Capt. Miao bahwa Mrs Budiman harus menandatangani surat pernyataan untuk tidak akan pernah lagi merekrut orang yang bekerja sebagai agen AIA(B).

Belajar displin dan kerjasama tim
Selain belajar tentang jenis asuransi baru, yaitu Asuransi Jiwa Kelompok, Asuransi Jaminan Pensiun (Endowment) dan Asuransi Kesehatan (Group Medical Insurance) dan menjualnya, saya belajar tentang leadership, salesmanship dan pengalaman menjual kepada orang-orang yang mengambil keputusan untuk karyawan-karyawan, bukan untuk diri sendiri lagi, mentoring dan bekerja secara teratur rapi berurutan. Disana saya juga menyadari saling ketergantungan masing-masing karyawan terhadap rekan yang lain. Saya masih ingat Wicky Awuy yang bekerja di bagian Underwriting akan menagih dan meledek saya, “You are making me unemployed if you do not bring me more prospects’ data to work on”. Dia bertugas menghitung premi dan persyaratan penawaran untuk masing-masing prospek. Karyawan-karyawan administrasi ikut mengejar orang sales jika mereka menjadi tidak sibuk. Waktu itu saya orang sales representative kedua karena sebelum saya terdapat Johan Pitoy telah beberapa tahun disana sebelum saya sebelum 3 rekan baru bergabung dan Johan Pitoy keluar.

Mrs Budiman benar-benar mengelola department dengan rapi dan memberikan kepercayaan dan meletakan banyak harapan pada saya dan Richard Tan, Regional Manager yang datang dari Singapore sekali-sekali, mereka berdua memperkaya wawasan saya. Tapi yang saya hendak berbagi disini adalah tentang beberapa hal lain yang lebih menarik dari sekedar pekerjaan.

Skuter baru saya
Sebagai bagian dari paket employment saya, saya mendapat inventaris sebuah skuter baru berwarna biru abu-abu yang merupakan warna paling umum dari scooter. Pembeliannya persis ketika datang model terbaru, yaitu skuter yang mempunyai lampu sen (sign), pertama di Indonesia. Bangga sekali rasanya mengendarai kendaraan tersebut apalagi jika harus berbelok karena saya punya lampu sen orang lain belum !

Sebagai orang yang mengutamakan keselamatan, saya melengkapi diri dengan helm  yang memiliki tutupan mata ketika orang-orang lebih banyak yang tidak peduli dengan helm dan ketika peraturan “helm wajib” belum terpikirkan, jaket tebal untuk menahan angin, cover depan motor untuk menahan terpaan angin dari depan, jas hujan panjang. Cukup tempat di skuter menyimpan semuanya.
Suatu hari, menjelang lampu merah Kuningan dari arah Pancoran saya ragu antara berhenti atau terus karena lampu mungkin masih kuning. Di tengah perempatan, saya menyadari adanya polisi di pos nya sehingga saya gugup dan terjatuh sendiri dari skuter saya. Malunya itu lho. Pak polisi mungkin karena tahu saya sudah menyadari kesalahan sendiri membiarkan saya berlalu. Ternyata sikut saya berdarah dan saya memutuskan untuk berobat ke RS Jakarta. Begitulah sejarah bekas luka di sikut yang sedikit menonjol. Kejadian tersebut sering menjadi bahan cerita berulang-ulang setiap kali anak-anak kami meminta cerita tentang bagaimana ayah mereka mendapat bekas luka di sikut.

Skuter tersebut juga berjasa untuk mengajak jalan-jalan, Hendarwan mantan room mate saya sewaktu di Sydney jika dia datang ke Jakarta. Bahkan, Ridu, seorang teman sekampung yang kemudian menjadi walikota Lubuk Linggau 2 masa jabatan, masih bernostalgia belum sebulan lalu sewaktu berkunjung ke rumah tentang jasa skuter tersebut sewaktu dipinjamnya membawa calon isteri jalan-jalan di Jakarta atau tentang bagaimana kendaraan tersebut mogok pada malam hari sepulangnya saya menemani dia mengunjungi seorang kerabat yang telah menjadi direksi BUMN besar. Masalahnya, kerabat tersebut tidak bersedia keluar menemui kami dan lalu skuter yang masih baru tersebut mogok pula di jalan gelap……  
Honda Life


Sebagaimana manusia biasa kita tidak pernah puas. Setelah berbahagia dengn sebuah skuter baru, timbul tuntutan untuk memperoleh kehidupan yang lebih baik. Saya mengharapkan sebuah kendaraan yang dapat melindungi kepada dan badan dari teriknya matahari dan curahan hujan. Singkat cerita, setelah melalui proses lumayan alot, Mrs Budiman mengizinkan saya mengambil pinjaman untuk membeli sebuah kendaraan kecil, Terima kasih, Bu. Honda Life bekas yang memiliki kapasitas 500 cc terbeli sudah.

Saya punya berbagai cerita menarik tentang kehidupan dengan Honda Life yang saya beri nama Hoya tersebut yang akan saya tulis pada kesempatan yang lain. Yang pasti, ketika itu saya tidak berani mengendarai Hoya melalui jalan tol Jagorawi karena saya khawatir mobil saya akan terhempas oleh angin kencang dari bis-bis besar yang ngebut di jalur sebelahku.

Financial
Perubahan dari kehidupan sebagai agen yang banyak uang, perpindahan menjadi karyawan membawa konsekuensi yang saya harus jalani. Sebagai sales representative saya menerima gaji bulanan sebesar Rp 150.000 dipotong pajak Rp 9.000 sehingga memiliki take home pay sebesar Rp 141.000.- Adalah merupakan gaji yang tergolong tinggi karena Roland Mirsjah, underwriter di PA Department bilang gaji net nya Rp 95.000 padahal dia bekerja dengan kualifikasi sebagai sarjana muda dan hampir memperoleh gelar sarjana ekonomi.

Permasalahannya, saya harus membayar biaya kos termasuk sarapan dan makan malam sebesar Rp 40.000.- per bulan dan yang paling berat adalah angsuran Honda Life Rp 100.000 sebulan sementara bonus produksi diterima 3 bulan sekali. Jadi, pada tanggal gajian saya hanya memiliki sisa uang Rp 1.000, sekedar cukup untuk membeli gado-gado untuk makan siang. Bagaimana saya menjalani kehidupan di hari-hari selanjutnya? Dari mana uang untuk makan siang, sabun, odol dan macam-macam lainnya? Ternyata dimana ada keinginan disana ada jalan yang bisa sangat menarik dan menantang dan memperkaya warna kehidupan dan menimbulkan rasa syukur yang mendalam. Saya akan menulisnya pada kesempatan yang lain. Nothing is impossible to a willing heart.

Berpikir keluar dari Group Department
Sebelum memperoleh kesempatan untuk menawarkan diri kepada Manny Juarez, karena tidak berhasil mendapat promosi di Group Department seperti yang telah saya ceritakan dalam episode sebelumnya, saya mencoba melakukan pendekatan dan negosiasi dengan Asuransi Nugra Pacific, Asuransi Multi Arta Guna di awal pendiriannya dan bahkan dengan Asuransi Ikrar Lloyd. Namun karena hal-hal yang akan saya kemukakan di kesempatan yang akan datang, saya tetap di Group Department.

Namun pemicu yang membuat keinginan untuk mencari tempat baru memuncak, the straw that broke the camel’s back, adalah tertunda lalu batalnya rencana training saya di Singapore. Sehingga saya merasa kesempatan menimba ilmu tertunda.

Jakarta, 3 Maret 2017

Dr. Junaedy Ganie

1 comment:

  1. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete